Thursday, 23 March 2017

203 #24

Sepertiga perjalanan sudah. Sementara, tujuan kami masih belum tamat. Perahu -yang dulu hanya sebuah rakit ini, masih harus melewati dua pertiga sisanya untuk beralih ke perahu yang lebih besar, orang biasa menyebutnya kapal pesiar. Semakin jauh, semakin besar sarana yang kami butuhkan. Bukan apa-apa, hanya saja jumlah kami akan semakin banyak dan tak cukup jika cuma menempati sebuah kapal kecil, apalagi rakit.

Menapaki samudra, berganti sarana. Aku selalu merasa tenang di segala cuaca. Sebab, nahkodaku tak buta arah. Jika kami tersesat dan di sepanjang pandang hanya tampak berliter-liter air, ia hanya mendongakkan kepala tanpa berkata apa-apa. Dan segalanya kembali baik-baik saja.

Saat itu, langit sedang oranye-oranyenya dan cuaca sedang asyik-asyiknya, ketika mengalun tembang apik yang hampir membuat pipiku kuyup. Kuakui, aku memang penangis ulung, yang bisa tiba-tiba ndlewer ketika sedih, bingung, gembira, bahkan tanpa perlu mengapa. Tetapi, di hari yang tua itu, aku sedang tak selera menangis. Kudongakkan kepala agar air asin ini gagal membengkakkan mata. Alunan itu sukses meracuniku hingga kini, dan mungkin nanti. Lagi-lagi ia pelakunya.

Itu merupakan salah satu cara ia berbicara. Apa saja bisa jadi sarana, dari tulisan hingga musik.

Kini, dia tengah menghampiri kami. Kalau tidak salah ini adalah kali kedua dia kemari, dan aku tak mungkin salah hitung. Terakhir kali dia datang satu tahun ke belakang. Suguhan dan jamuan masih tetap sama. Pun kami. Setiap perjalanan telah melewati proses yang hanya mereka sendiri yang tahu. Entah baru beberapa hari atau bahkan sudah bertahun-tahun. Tak pernah ada yang mudah. Buktinya, ada yang tumbang dan ada yang pantang. Dan lagi-lagi kita semua kembali pada kenyataan bahwa hidup adalah pilihan. Setiap hari kita dihadapkan pada pilihan, entah memilih satu di antara dua, tiga, atau bahkan di antara banyak. Dan kami memilih pantang dibanding tumbang.

Untuk setiap perjalanan yang akan terus kami jalankan. Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar. Yang tak sebentar telah menemui bermacam peristiwa. Dan hanya kami yang paling paham tiap incinya.


Semarang, 20 Maret 2017
Ketika kami telah menemui rasa yang lebih dari sekadar tulus.

Share: