Merindumu acapkali bak menyalakan lilin saat makan malam bersamanya.
Tak perlu,
tapi kuingin.
...
Kutiup kau saat kami sepakat menuju ranjang.
***
Aromanya melekat pada sarung bantal merah magenta yang sempat jadi favoritnya. Sudah satu tahun lebih, tetapi aroma sialan itu masih saja melekat. Meski sudah beribu kali kucuci hingga harus berpindah-pindah tempat laundry.
Ada hal magis ketika ia memutuskan untuk tak akan lagi mampir ke sini. Segala yang ia suka, sepakat enggan menghilangkan aroma khasnya. Aroma khas kekayuan yang maskulin bercampur keringat.
Sial. Sial. Sial.
Sayang sekali. Hal itu tak cukup membuatku rindu. Sebab telah kutemukan aroma yang lebih memabukkan dari sekadar parfum anticuci miliknya.
10/10/17
Tak perlu,
tapi kuingin.
...
Kutiup kau saat kami sepakat menuju ranjang.
***
Aromanya melekat pada sarung bantal merah magenta yang sempat jadi favoritnya. Sudah satu tahun lebih, tetapi aroma sialan itu masih saja melekat. Meski sudah beribu kali kucuci hingga harus berpindah-pindah tempat laundry.
Ada hal magis ketika ia memutuskan untuk tak akan lagi mampir ke sini. Segala yang ia suka, sepakat enggan menghilangkan aroma khasnya. Aroma khas kekayuan yang maskulin bercampur keringat.
Sial. Sial. Sial.
Sayang sekali. Hal itu tak cukup membuatku rindu. Sebab telah kutemukan aroma yang lebih memabukkan dari sekadar parfum anticuci miliknya.
10/10/17