Sunday 30 December 2012

New York! New York! New York!!!




"New  York. Concrete jungle where dreams are made of..."

Penggalan lirik lagu Alicia Keys.




Aku cinta Indonesia. Tapi aku bermimpi menginjakkan kaki di bumi Empire state of mind, New York.
Statue of Liberty, General Shuyler's house di Saratoga National Historical Park, Niagara Falls di Canada, Harlem and Brooklyn Bridge. Aku ingin semuanya.




-Brooklyn Bridge-

Kota populer yang tak seorang-pun tak mengenalnya. Benar kan? Bahkan kau kenal betul bukan dengan kota Film ini? Istilahnya a town that is famous as the places of movie scenes.
Selalu ramai, riuh, dan setiap sudut kotanya mengandung arti. Setiap jalannya membuatmu terasa lahir kembali, membuatmu terasa menjadi orang baru.Lampu-lampu megahnya akan memberimu inspirasi atas apapun.

Bahkan di kota besar dan terkenal ini, di sepanjang jalan yang penuh dengan lampu-lampu arogannya, mimpimu tampak cantik. Tak satupun mampu menandingi kota ini, entahlah ke-hipnotisan-ku terhadap kota ini begitu besar.

Jika suatu hari aku dapat mewujudkan mimpiku ini, aku berjanji akan kuceritakan semuanya pada kalian, tak tersisa. Setiap gerak tubuhku-pun akan kuceritakan. Ya, pasti.


Semarang, 31 December 2012.


With Love,
Resla

Share:

Wednesday 26 December 2012

Panggil Aku Sydney by Kartika...




 
Judul: Panggil Aku Sydney
Penerbit: Aline
Penulis: Kartika


Deskripsi ringkas
SAYAPKU patah sejak berlalunya satu musim kemarin. Pergi tanpa permisi, seolah ia
memang hadir untuk pergi.
Kesadaran hanya menamparku sesaat. Setelah itu aku masih di sini. Rumah sakit jiwa
yang megah. Tapi, kupilih dia sebagai jati diriku.

Aku masih menggendong bantal dalam pelukan, terkadang mengobrol dengan bunda
dan Sarah. Ayah juga seskali mampir, memberitahuku bahwa mataku selalu biru dan
tak akan pernah redup.

Aku harus membuat mereka percaya bahwa aku sedang hamil, agar mereka melepaskanku
dari sini. Lalu pergi jauh. Aku harus menyelamatkan anakku yang kelak lahir dan akan
jadi teman sepanjang sisa hidupku. Aku sudah berjanji akan mencintai dia selamnya.
Apapun yang terjadi. Namun di lorong waktu ini aku terjebak. Ketumpulan ini membuatku
frustasi. ...




Share:

Ketika Sesuatu yang Telah Kau Pilih dalam Hidupmu Telah Menjadikanmu Pecundang, Karena Kau Enggan Berjuang



Hidup memang bukan sekadar tentang pilihan. Pilihan tanpa perjuangan sama halnya dengan ingin sampai ke tujuan namun enggan beranjak.
Perjuangkan apa-apa yang telah kau pilih merupakan penentu apakah kau akan menjadi pemenang atau hanya berakhir sia-sia sebagai pecundang.

Aku ingin tahu rasanya diperjuangkan, dibela mati-matian, dilindungi sepenuh hati, menjadi yang paling kau takuti jika kehilangan, menjadi yang utama dalam setiap doamu, tak pernah absen dalam mimpi indahmu, hingga menjadi yang terakhir di hidupmu.

Aku mencintaimu melebihi ke-egois-an-ku yang inginkan dicintaimu melebihi cintaku padamu. Belajarlah mencintaiku dengan sederhana. Maniskan sikapmu. Aku mau itu. Ya, setidaknya itu saja. Karena aku mencintaimu bukan kata cinta yang kuingin, melainkan rasa cinta sebagai balas.

Share:

Tuesday 25 December 2012

Sebab Ketika Ia Benar-benar Yakin, Lawan Hatinya Tak Demikian Memberi Harga

Coba kau telaah hatiku. Dalam. Lebih dalam lagi. Hingga kau temukan tumpukan terbawah. Kau lihat itu? Aku meyimpan kita di sana. Selalu.
Tapi. Ya, seperti lingkaran. Aku tak bisa menemukan pangkal dan ujung dari serangkaian kita.

Kau tak peduli. Masih saja tak peduli. Seharusnya aku paham bukan bahwa ke-tidak-peduli-an adalah bentuk lain dari ke-tidak-tertarik-an? Seharusnya memang begitu. Tapi pesonamu membuatku enggan keluar dari drama ini. Seperti terkurung dalam pesakitan yang dibuat sendiri. Konyol. Luar biasa konyol.
Tak ada yang bisa kulakukan lagi. Semua bak angin lalu bagimu. 

Aku seperti sesuatu yang kau lirik saat kau butuhkan saja. Selebihnya? Jangan harap.

Atau aku yang terlalu murah karena sangat tertarik padamu? Jadi aku harus -setidaknya- pura-pura tak tertarik padamu agar aku terlihat -sedikit- mahal? Itukah jaminan ke-acuh-an-mu? Begitukah?

Ya, pada kenyataanya laki-laki lebih rumit ketimbang wanita.

Share:

Ya, Tentu Saja. Mungkin Aku Tak Pernah Menjadi Sesuatu yang Harus Kau Jawab

Apakah di setiap mimpi malammu bayangku ikut serta di dalamnya?
Apakah di kepingan hatimu itu terukir namaku?
Apakah aku penting bagimu?
Apakah kau mencintaiku?
Pertanyaanku sederhana bukan? Kau cukup menjawab "ya" atau "tidak". Namun pada kenyataannya kau tak punya jawaban apapun. Mungkin memang aku tak pernah menjadi sesuatu yang harus kau jawab.

Pernahkah kau berfikir jika posisi kita berbalik? Aku yang tak acuh bukan buatan sedangkan kau yang menumpuk peluh mengharapkan ke-acuh-an-ku setengah mati?
Pernahkah kau pikirkan hal tersebut?
Kau kehabisan akal hingga hampir putus asa.
Kau sudah tak punya gengsi lagi untuk melakukan apapun asalkan kau mendapatkan ke-acuh-an-ku.
Namun... Jika. Ya, hal tersebut hanya sekadar 'jika'.


Teruntuk seseorang yang sangat menyita hatiku,
Meski kau bukan cinta pertamaku, 
namun kauyang membuatku berpaling dari sakit yang disebabkan oleh sang cinta pertamaku.
Semarang, 25 Desember 2012
Share:

Sunday 23 December 2012

Skenario Tuhan Tak Seorang-pun Mampu Menebak

Ada kalanya yang dilakukan seseorang tak senada dengan yang Ia rasakan. Menulis tulisan galau bukan berarti sedang galau. Pun bilang sayang bukan berarti benar-benar sayang.
Kalau istilah jaman sekarang "PHP" itu sih soal hati saja.Tapi kali ini tak hanya soal hati, ini menyangkut harga diri.

Mungkin kau menganggap ini sebuah permainan menarik, hingga kau lupa kendali tak acuh akan isi hati lawan mainmu. Ya, kau menganggap ini permainan. Lalu kuanggap permainan ini harus selesai.

Demi Tuhan aku tak akan datang ke tempat ini lagi hanya untuk menginjakkan kaki atau sekadar menghibur diri. Tapi rupanya tak semudah itu. Ketika -mungkin- aku kau anggap pengganggu, maka aku memilih untuk -setidaknya- tak mengusikmu. Namun kenyataannya ketika diri telah berniat untuk, "Okay, selesai disini saja. Aku lelah." ternyata hati tak semudah itu dapat menerima, Ia selalu menimpali, "Tapi....."

Hati. Sering tak tau diri dan seenaknya sendiri. Sering membuat pemiliknya tak kuasa diri. Kacau. Entah mengapa hidup kita seolah dikendalikan oleh sebuah benda kecil yang disebut; hati?

Cinta yang tak peduli memang yang paling menyakiti. Namun mengapa yang tak peduli justru yang paling menyita hati? Sial!

Memang terkadang apa yang sudah kita rencanakan tak demikian di-indah-kan oleh tangan Tuhan. Di sinilah ikhlas itu diajarkan.

Aku benci aroma malam. Karena aku tahu Ia pasti tak datang sendirian. Pasti Ia tak lupa membawa serta rindu. Sangat menyiksa.

Lalu apa yang bisa dibanggakan dari sebuah jalinan semu? Kenangan kah? Kisah? atau pesakitan?
Kau bahkan tak sedikitpun menganggapku penting.
Aku hanya ingin kau jaga, kau rindukan, kau cinta. Aku ingin menjadi segalanya untukmu. Karena aku bukan sesuatu yang harus kau pilih, aku adalah sesuatu yang seharusnya kau pertahankan.




Share:

Friday 21 December 2012

21st December......

Hari ini tanggal 21 Desember...
Usiaku sudah 19 tahun, sudah bukan usia muda lagi. Banyak ucapan yang memintaku agar lebih dewasa dan lebih bisa mengontrol emosi.

Ucapan, doa, dan harapan datang bertubi-tubi dari teman-temanku. BBM penuh, mention di Twitter penuh, dan posting di Facebook juga tak kalah ramai.

Buat Ibu...
Terimakasih Bu, tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Terimakasih semuanya.

Buat Bapak,,,,
Terimakasih Pak, masih ingat saja ulangtahunku. Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk mengirimkan SMS untukku. 

Buat Mita....
Terimakasih, kau yang mengucapkan pertama kali. Dan terimakasih kadonya, aku sangat suka sekali. Buku Danur yang lama sudah kuinginkan, hanya saja aku tak ada banyak waktu hanya untuk sekedar mampir ke toko buku. Terimakasih sekali lagi!

Buat Bram....
Terimakasih, masih ingat hari ulangtahunku. Kau orang kedua yang mengucapkan setelah Mita. 

Buat Oon Yudha....
Terimakasih, walaupun kau menjengkelkan. Tetapi setidaknya kauingat hari spesialku. Terimakasih :)

Buat Anita a.k.a Papua,
Terimakasih, surprise kecilnya. Kue nya. Selimut Manchester Unitednya. Baju era 90-an nya. Itu style-ku! Terimakasih, terimakasih sekali.

Buat Avit....
Terimakasih, surprise kecilnya juga bareng Papua dan Puput. Terima kasih baju nya, ini 'aku banget'. Baju era 90-an juga :D. Terimakasih Aviiit :D

Buat Risky a.k.a Cakil....
Terimakasih, sudah beli kado dari jauh-jauh hari. Terima kasih kado buku Menuju(h) nya. Untung aku belum beli hehehe. Terimakasih, Kil!

Buat Mbak Nisa (Mbak Inggrit)...
Terimakasih, Squidward-ku HAHAHAHA. Terimakasih!

Buat Mba Agustina...
Terimakasih, ucapannya dan kadonya. Kado Nail Art gratis! ulala...

Buat Puput...
Terimakasih, sudah andil dalam surprise kecil nya hehehe. Terimakasih.

Buat Semua Kawan dari @infosastra...
Terimakasih ucapan dan doanya yah! Salam sastra selalu.

Buat semua anggota @KlubBuku...
Buat Kak Iyut, makasih VN ala Whatsapp nya. Aku suka. Suka sekali.

Buat Rimbi, Iftitarisa mitha, Amal, Ririn, Wep, Tyas, Esha, Babi, Riani Fadila, Yessia, Agnes, Mbak Kiki, Mba Renny, Lidut, dan semuanya yang takbisa kusebutkan. Mungkin jika kusebutkan semuanya akan memenuhi satu halaman blog-ku.

Buat teman, sahabat, keluarga, dan semua yang tak bisa kuutarakan..
Terimakasih. Tak henti aku ucapkan terimakasih untuk kalian semua.


Dan... Speechless. Karena dua laki-laki Oktober itu mengucapkan ulang tahun untukku.
It'll be the best Birthday I ever had! Thanks Guys!!
Share:

Friday 30 November 2012

Bulan-ku, Desember. I love you!

Welcome December, Goodbye November!



Aku mencintai Bulan cantik ini, sangat. Entah harus senang atau bagaimana bahwa di hari ke-21 dari Bulan ini adalah milikku. Meski orang diluar sana berkata bahwa di hari special-ku ini adalah akhir dari zaman, aku tak peduli.


Aku selalu berharap ketika aku menganggap hal ini adalah special, bahkan lebih dari special, orang diluar sana juga akan menganggapku special baginya, terutama kamu...


Asal kau ingat saja itu sudah sesuatu yang sungguh menggembirakan, tentu saja. Meski mustahil tapi aku tak menyerah untuk berimajinasi tentang hal 'itu'.

Ada lagi, di hari ke-10 di Bulan ini adalah hari milik Ibuku. Ia bertambah usia. Aku senang. Ya, aku senang :)
Share:

Wednesday 10 October 2012

Resensi Novel "Supernova; Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh"



Judul              : Supernova; Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
Penulis           : Dewi “Dee” Lestari Mangunsong
Penerbit         : Truedee Books
Terbit Tahun  : 2001 pada Cetakan V
Tebal Buku     : 231 halaman
Panjang buku  : 21 cm
Lebar buku     : 13,5 cm
>>

Resensi
Buku  dengan tebal 231 halaman ini memang sangat menarik untuk dibaca oleh orang yang menggemari sains, karena buku ini memang didominasi oleh bahasa sains yang mudah dimengerti bagi penyuka-nya. Tapi buku ini juga saya rasa sangat menarik bagi orang yang awam terhadap sains dan ingin menikmati karya sastra yang dinominasikan sebagai Indonesia’s Best Fiction Award 2000-2001 (Novel Fiksi Indonesia Terbaik 2000-2001) ini. Orang yang awam terhadap sains juga bisa menikmati novel ini karena di setiap halaman yang dihiasi istilah sains yang sulit, selalu dilengkapi oleh footnote (catatan kaki). Jadi untuk para penikmat novel jangan takut untuk mulai membaca karya sastra sains fiksi karena disitulah faktor menarik dan menantangnya.
Kendala yang mungkin dirasakan oleh para pembaca awam sains adalah banyaknya istilah-istilah sains yang sulit dimengerti dan yang memakan tempat karena penjelasan dari footnote-nya yang cukup panjang tersebut. Namun novel ini dinominasikan sebagai Novel Fiksi Indonesia Terbaik sebab memiliki keunikan bukan hanya karena bisa memasukan unsur sains yang sangat kental tapi juga dapat memadukan unsur keromantisan yang juga mewarnai novel ini dengan sangat baik. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa puisi puitis yang dapat disampaikan dengan apik melalui bahasa sains.
Penokohan yang dilakukan Dewi “Dee” Lestari pun kuat untuk sebuah novel fiksi. Sifat dari karakter-nya pun dapat terasa dengan jelas. Alur ceritanya pun tidak berbelit-belit dan tidak berbasa-basi sehingga pembaca pun disuguhi cerita yang jelas tujuan dan maksudnya.
Dikisahkan oleh Dee (Nama pena bagi Dewi Lestari) ada dua pria yang mengalami penyimpangan perilaku seksual, mereka gay (homo) yang sudah menjalani kehidupan menyimpang mereka selama 10 tahun, Dhimas dan Ruben namanya. Mereka mengikat janji bahwa di tahun kesepuluh hubungan mereka, mereka akan membuat roman sains yang romantis sekaligus puitis <hal. 13>. Dikisahkan, Ruben termasuk geng anak beasiswa-orang-orang sinis, kuper-yang cuma cocok bersosialisasi dengan buku. Sementara Dhimas termasuk geng anak orang kaya, kalangan mahasiswa Indonesia berlebih harta <hal. 5>.
Mereka menulis bahwa ada seorang pria yang dapat dikatakan sempurna;tampan, mapan, produktif, menarik, dan berjabatan tinggi. Tokoh tersebut bernama Ferre, dia begitu menarik sehingga diidolakan oleh kaum hawa. Tersebutlah seorang wartawati dari sebuah tabloid wanita bersuamikan Arwin mencoba mewawancarai Ferre. Rana nama wanita itu, entah karena pribadi keduanya yang sama-sama menarik keduanya pun saling tertarik dan menjalani hubungan terlarang antar seorang lajang dan seorang wanita bersuami atau biasa disebut selingkuh. Arwin, suami Rana, sama sekali tidak menaruh curiga pada sang istri, ia terlalu cinta pada Rana. Wanita bersuami yang mengalami ketidakpuasan dalam berrumah tangga ini pun mencoba mencari kepuasan lain dari Ferre dan diceritakan hubungan mereka begitu mesra.
Suatu waktu Rana dihadapkan pada kenyataan bahwa Ia harus memilih antara Ferre, pria yang menjanjikan kepuasan namun tidak memberikan rasa aman saat bersamanya atau Arwin, pria mapan yang membosankan namun dapat memberikan rasa aman saat bersama Rana. Saat Rana merasa yakin akan Ferre, ternyata Arwin datang dengan sebongkah harapan bahwa ia akan membahagiakan Rana kelak. Rana pun goyah dan memutuskan hubungannya dengan Ferre .
Ferre yang memang sedang dimabuk cinta Rana sedih setengah mati karena harapan yang sudah Ia bangun malah dilanda badai yang tak Ia duga akan Rana datangkan, sempat ia berfikir untuk bunuh diri. Namun seakan-akan ada seorang wanita, Diva, seorang wanita yang akan menyelamatkan Ferre dari keputusasaannya tentang hidup.
Diva dikatakan sebagai seorang wanita berwawasan sangat luas, cantik, kaya, mapan dan berpikiran maju. Ia memang seorang pelacur kelas kakap yang hanya menerima bayaran besar dalam bentuk dolar <hal 57>, dan tanpa seorang mucikari oleh karena itu ia ingin dikenal sebagai seorang wiraswasta (enterpreuneur) sejati. Pelanggannya pun hanya orang-orang berkantong tebal.
Diva ternyata adalah tetangga seberang rumah Ferre, setiap malam sebelum mereka tidur dari jendela masing-masing mereka mengucapkan selamat tidur dan sepercik kekaguman terhadap pribadi masing-masing.
Ferre pun berteman dekat dengan Diva dan berangsur-angsur pulih dari pengalaman pahitnya. Tokoh lain yang juga mewarnai cerita ini adalah Supernova, seorang cyber avatar (semacam penyelamat/pertapa yang hidup di dunia maya) yang berpikiran luas terhadap dunia dan menjadi tempat curhat (curahan hati) tokoh lain di novel ini. Selain Supernova pun ada seorang pria yang menjadi pangagum juga yang dikagumi oleh Diva, Gio satu-satunya pria yang dibolehkan Diva untuk mengecup bibirnya. Seorang pecinta alam yang sudah menjelajahi hampir seluruh permukaan bumi.
Cerita ini memang dapat dipandang sebagai cerita yang unik. Karena ada sisi-sisi yang masyarakat kita anggap masih tabu untuk dibicarakan malah diungkapkan dan diceritakan dengan cara yang unik pula oleh Dee. Mungkin karena itu pula Dee memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh penulis lain dimata para pakar karya satra. Karena para pakar memandang Supernova sebagai karya sastra yang layak untuk diperbincangkan dan tentunya dinikmati karena mengandung unsur sastra yang menarik untuk dibicarakan.
Selain Supernova saya juga telah membaca satu novel lain yang juga mengangkat sisi kehidupan masyarakat kita yang masih dianggap tabu. Novel itu berjudul The (Un)reality Show yang ditulis oleh Clara Ng dengan tebal 360 halaman yang terbit pada Maret 2005 pada cetakan pertama dengan panjang 20 cm dan lebar 13,5 cm yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama .
Sebuah novel yang bercerita tentang sebuah TV swasta yang ingin mengadakan sebuah format acara yang lain dari TV-TV swasta saingan mereka. Maka terlahirlah sebuah ide yang cukup orisinil, acara ini melibatkan empat wanita dan empat pria yang terpilih secara acak dan langsung dikirimi kontrak eksklusif yang isinya mereka harus tinggal dalam 1 rumah besar yang dipenuhi kamera di setiap sudutnya kecuali kamar tidur dan kamar mandi dan  terisolasi dalam 7 minggu. Disana mereka dijamin dengan fasilitas yang cukup memadai, pekerjaan mereka dijamin tetap tersedia atau akan dicarikan oleh Top TV (TPTV) jika masa 7 minggu itu berakhir, karena itu mereka tidak akan jadi pengangguran, digaji cukup besar, jika memiliki tanggungan akan ditanggung oleh TPTV selama mereka terisolasi dalam rumah tersebut.
Rumah itu memang megah dgn fasilitas cukup lengkap; ada taman, kolam renang, telefon, ruang tengah dengan tv, dapur dengan kulkas yang selalu penuh dengan bahan makanan laksana supermarket. Tapi sangat disayangkan dengan 8 kamar yang disediakan untuk kedelapan orang tersebut hanya dilengkapi dengan 2 kamar mandi utama.
Cerita pun bergulir, satu persatu para pemain atau pengisi acara yang dinamakan The (Un)reality Show ini berdatangan. Mereka ternyata memang orang-orang awam yang bangga melihat dirinya diliput kamera dan disiarkan langsung ke pelosok Indonesia 24 jam tanpa iklan, juga sekaligus merasa risih karena sedikit malu menghinggapi mereka.
Karakter tokoh dinovel ini digambarkan cukup menarik dengan adanya karakter-karakter unik yang muncul begitu saja yang jarang ditemukan di novel lain. Beragam karakter –dari empat lelaki dan empat perempuan- yang ada dalam satu rumah, memancing keingintahuan: apa yang bakal terjadi antara lelaki yang mengaku homoseksual (Feivel), perempuan yang diprediksi lesbian (Wendy), dara di bawah sepuluh tahun yang dengan lancar bicara soal orgasme (Azuza), perempuan peramal (Tara) <Hal 1>, pria yang tampan setengah mati yang dipuja-puja wanita (Primus),  pria mesum pemarah (Jodi), mantan napi pendiam (Richard) dan wanita tionghoa lemah lembut (Meiying)  adalah delapan orang beruntung yang akan menjadi tokoh utama acara tersebut. Selain harus terisolasi (tidak dapat bertemu orang lain) mereka pun mendapatkan tantangan setiap minggunya yang juga dilengkapi dengan tugas mingguan yang harus dikerjakan berdua dengan pasangannya.
Ternyata setelah saya membaca kedua novel tersebut saya mendapati novel Supernova;Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh dan The (Un)reality Show  memiliki kesamaan dan juga perbedaan. Persamaan keduanya adalah sama-sama mengangkat karakter atau tokoh yang masih dipertentangkan keberadaannya di lingkungan masyarakat kita yaitu pasangan sejenis atau homo dan lesbian. Diceritakan pula kedua pasang homo di dua novel ini (Ruben dan Dhimas di Supernova;Feivel dan Enrico di The (Un)reality Show) begitu mesra dan saling cinta padahal dilihat dari sudut  pandang budaya kita dan juga dari agama itu adalah penentangan dari semua aturan yang ada bahkan negara kita tidak mengakui pasangan sejenis. Perbedaan kedua novel ini dapat dilihat dari segi penulisannya dan juga diksinya bahwa  pengarang The (Un)reality Show, Clara Ng menggulirkan ceritanya bak skrip-skenario sedangkan Dee menulis Supernova dengan cara yang mengacu pada penulisan novel pada umumnya. Pada pemilihan kata atau diksi, Supernova mnengungkapkan jalan ceritanya yang cukup rumit tapi betujuan itu dengan memadukan istilah sains yang penjelasannya cukup memakan tempat, dengan kata-kata para pujangga yang serasi dan memberikan variasi bagi para penikmat buku yang ingin mencoba gayapenulisan dan penceritaan baru dalam dunia Lingkar Pena di Indonesia. Sedangkan The (Un)reality Show  memadukan diksi yang sederhana dengan mimik dari cerita yang cukup menggelitik dan konyol yang membuat rasa penasaran disetiap kata diakhir setiap halamannya , sayangnya novel ini mengandung unsur SARA dan kekerasan yang membuat para penikmat novel di bawah umur harus berkecil hati bila ingin membacanya karena novel in di-rating Restricted (Terlarang)
Bila Supernova dibaca dapat menimbulkan sebuah tantangan untuk menikmati isi cerita dari awal hingga akhir yang diselipi bebagai istilah sains yang sulit namun puitis, The (Un)reality Show malah menyuguhkan cerita unik, asyik dan kocak yang mengena dikala kita mulai membacanya.
Supardi Djoko Damono mengomentari Supernova; Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh bahwa novel ini, terutama penyusunan dialog dan komposisinya merupakan perwujudan dari kebudayaan kita yang sekarang diguncang oleh tidak adanya makna yang bisa dijadikan pegangan. Sangat Menarik. Begitulah komentar dari seorang pakar dan sekaligus penikmat Supernova yang satu ini.
Namun disamping hal-hal yang telah saya uraikan menurut sudut pandang saya pribadi, novel ini juga memiliki kekurangan, mungkin karena bukunya yang cukup tebal para pembaca atau orang yang tertarik untuk membacanya jadi sedikit merasa enggan karena tidak memiliki banyak waktu.
Bila Supernova episode ini dibandingkan dengan novel-novel yang kini beredar, novel lain seakan-akan tidak mendapat tempat dimata para pakar karena menurut saya pribadi novel-novel yang kini ramai memang tidak mengandung unsur sastra yang cukup menarik bagi para pakar. Novel yang banyak mndominasi pasar sekarang ini adalah seri Teenlit atau semacam seri novel-novel yang bercerita tentang percintaan remaja yang bersifat santai dan menarik dimata pembaca remaja yang ingin disuguhkan dengan materi yang  santai dan mudah dicerna.
>>
Share:

Thursday 23 August 2012

Ketika Penantian Dibalas dengan Perpisahan Sepihak



Dalam hidup kesempurnaan itu tidak ada, aku tahu itu. Aku sudah melakukan banyak cara untuk mencapainya, tapi semua caraku terasa sia-sia.
Jika berjanji adalah hal yang paling kau bisa, maka kau juga harus belajar untuk menepatinya. Setidaknya tidak melanggar janji yang telah kau buat sendiri.
Judul ini sudah mewakili semua tulisanku, tanpa aku harus menulis banyak.
And now I'm completely done. For everything. For anything.
Share:

Monday 26 March 2012

I'm done, I'm so done..


"Dan lelah ini ,menyuruhku untuk berhenti melakukan hal yang sia-sia. Contohnya: Mencintaimu."


Aku menyerah, bukan karena kalah. Aku menyerah, bukan karena tidak mampu. Aku menyerah bukan karena tidak ada usaha. Aku perempuan, tak seharusnya aku memulai semuanya lebih dulu. Tapi aku menyerah karena aku lelah. Dan lelah ini-lah yang menyuruhku unuk berhenti. Mulai terasa lelah aku bertahan, terlalu lama terabaikan.
Well, aku mendapatkan perhatian lebih darinya. Tentu saja itu sesuatu yang kuinginkan darimu. Sesuatu yang seharusnya ada pada dirimu.
Aku memang sama sekali 'belum' tertarik padanya. Tetapi jika ia memberiku perhatian lebih dari apa yang kubutuhkan, kuinginkan?
Mungkin memang tak seharusnya aku berharap lebih padamu. Pun tak seharusnya aku menyayangimu.
Usaha. Hanya itu yang ingin kulihat. Tapi aku sama sekali tak melihatnya darimu. Itu sebabnya aku memutuskan untuk berhenti. Aku berhenti... Dan aku selesai...
Share:

Saturday 24 March 2012

Just Like When We Met The First Time




Sekitar 3 tahun yang lalu...
Beberapa minggu setelah Masa Orientasi Siswa di sekolahku selesai. Berawal dari ia meminjam bukuku, entah untuk apa saat itu dan ia menemukan sebuah tulisan pada bagian belakang bukuku, "Something About Lola."
Kemudian ia bertanya, " Kamu suka SAL?"
"Kurang lebih seperti itu," jawabku.
"Saat ada acara, dari gerejaku menyanyikan salah satu lagunya," lanjutnya.
"Ohya? Yang apa?" tanyaku.
"Aku kurang ingat, tapi sepertinya The Best Part of Writing A Song is To Name It," jawabnya.
"Wow, hafal?" tanyaku lagi.
"Ya, sedikit," jawabnya ringan.
"Boleh catatkan liriknya untukku?" pintaku.
Ia hanya mengangguk. Kemudian kuberikan ia buku dan bolpoint dan kubiarkan ia menulis di bukuku.
"Terima kasih, Mita." kataku setelah ia selesai mencatatkannya untukku. Ia hanya tersenyum...






Itu hanya sebagian kecil tentang bagaimana awal pertemananku dengan Lupi Paramita (lupiparamita.blogspot.com), hingga sekarang.
Aku menganggapnya lebih dari seorang sahabat, lebih dari harga yang harus kubayar, lebih dari sesuatu yang harus kujaga dan kurawat...
Apapun kisahku, ia selalu terlibat di dalamnya. Begitu-pun sebaliknya.
Tinggal menghitung hari, kurang dari 2 bulan kedepan aku dan dia akan jarang bertemu, tidak lagi sesering sekarang atau-pun 3 tahun lalu...
Kuharap kita akan tetap seperti ini...





"Pertemuan denganmu sebuah kebetulan -tentu saja bukan kecelakaan- kau diluar rencanaku. Menggembirakan diri."
Share: