Coba kau telaah hatiku. Dalam. Lebih dalam lagi. Hingga kau temukan tumpukan terbawah. Kau lihat itu? Aku meyimpan kita di sana. Selalu.
Tapi. Ya, seperti lingkaran. Aku tak bisa menemukan pangkal dan ujung dari serangkaian kita.
Kau tak peduli. Masih saja tak peduli. Seharusnya aku paham bukan bahwa ke-tidak-peduli-an adalah bentuk lain dari ke-tidak-tertarik-an? Seharusnya memang begitu. Tapi pesonamu membuatku enggan keluar dari drama ini. Seperti terkurung dalam pesakitan yang dibuat sendiri. Konyol. Luar biasa konyol.
Tak ada yang bisa kulakukan lagi. Semua bak angin lalu bagimu.
Aku seperti sesuatu yang kau lirik saat kau butuhkan saja. Selebihnya? Jangan harap.
Atau aku yang terlalu murah karena sangat tertarik padamu? Jadi aku harus -setidaknya- pura-pura tak tertarik padamu agar aku terlihat -sedikit- mahal? Itukah jaminan ke-acuh-an-mu? Begitukah?
Ya, pada kenyataanya laki-laki lebih rumit ketimbang wanita.
Ya, pada kenyataanya laki-laki lebih rumit ketimbang wanita.
0 comments:
Post a Comment