Laiknya lagu yang meracuni telingaku. Menjalar ke ingatan dan nyanyian bibirku.
Tanpa sadar, kualunkan di sepanjang perjalan pulang.
Aku ingin pulang ke selasar hatimu, yang sejuk sekaligus tentram.
Seperti pelataran rumah nenekku yang kau tak kenal. Aku suka bermain-main di sana. Berlari, bersepeda, hingga melompat kegirangan di tengah hujan.
Pada masa itu, aku adalah jiwa kecil yang hanya memahami hidup sebagai sebuah area bermain yang hanya mengenal lawan sebagai beban.
Ketika beranjak remaja, lawan bermain tak cukup penting ketimbang PR yang tak habis-habisnya kukerjakan.
Ketika perlahan dewasa, aku telah kehilangan masa-masa naif itu. Hingga kutemukan kamu yang membawaku kembali ke ingatan hujan gerimis di Sabtu pagi ketika aku bersembunyi di rumah tetangga, menghindari kakekku yang berdiri di depan pintu. Siap menerkamku yang keasyikan di tengah hujan.
Mei 2018
Padamu kutemukan jiwa yang hilang di kampung halaman.
0 comments:
Post a Comment