Warsa-warsa —lampau,
murung kularung.
Satu per satu lucut.
Perlahan,
lesap-mengirap.
Bungah labuh.
Aku tak tahu apakah ada kelegaan yang muncul usai bunuh diri. Barangkali iya, barangkali tidak.
Seringkali aku bertanya-tanya, ke mana mereka berkumpul usai berhasil membunuh dirinya sendiri?
Kemarin sore, saat aku duduk di ruang tunggu bengkel tepi jalan, seorang lelaki tua menghampiriku dan berkata, "jika aku bunuh diri, apakah aku akan kehilangan diriku sendiri?" katanya.
Belum sempat kujawab, ia melanjutkan, "hari ini aku hidup dan orang-orang di sekitarku menganggap aku mati. Bahkan, ketika aku belum mati, mereka seolah tak sabar ingin kehilangan aku. Mereka bahagia kehilangan aku. Lalu, apakah aku juga akan bahagian kehilangan aku?"
Aku tak menjawab. Lebih tepatnya, tak tahu ingin menanggapi apa.
Kadang-kadang, jalan pintas itu memudahkan. Namun seringkali, banyak hal baru yang akan ditemui ketika kita menghindari jalan lintas. Tak selalu, memang. Lebih tepatnya, bagi yang tak ingin buru-buru ada baiknya sebuah perjalanan musti dinikmati.
Maksudku, begini, seringkali pikiran kita terpaku pada ketakutan-ketakutan di depan yang bahkan belum tentu terjadi. Padahal tanpa disadari justru banyak hal tak terduga yang akan ditemui pada perjalanan menuju ke ketakutan yang belum tentu menakutkan itu.
Kata orang hidup berputar. Bisa senang, bisa sedih. Kuncinya: sabar dan legowo.
Sedih itu nggak selamanya.
Ini hanya ocehan tengah malam tanpa arti tanpa tujuan hanya ingin berbagi bahwa hidup ini indah dengan segala keindahannya jangan mudah putus asa kamu kuat mereka lemah.
Februari 2019
0 comments:
Post a Comment