meramu-memaruh,
nasib baik menyuapi jiwa kita yang sama laparnya,
aku menyauk permintaan tanpa takut tersedak, sedang kau mendulang asa pada bibirmu lalu bibirku,
kita kenyang,
butuh air putih untuk mengisi ulang.
lalu,
kita menanak catatan dari percakapan-percakapan,
yang dimatangkan agar gampang ditelan.
sayang,
keputusan itu seperti nasi.
jika kurang, lapar.
jika penuh, mual.
jika basi, tak berarti.
tapi perutmu dan perutku sudah lama hidup bersama.
urusan nasi tak seberat itu.
urusan porsi tak sepelik itu.
jangan pusing soal angka,
sebab saling memahami tak perlu matematika.
September 2019.
0 comments:
Post a Comment