Taman yang diidam-idamkan oleh para nelayan yang bebas menjaring ikan
Taman yang diidam-idamkan oleh para petani yang bebas menanam padi
Taman yang diidam-idamkan oleh para buruh yang bebas meneteskan peluh
Taman yang diidam-idamkan oleh para penari yang bebas menari tanpa takut mati karena kelelahan menggoyang-goyangkan kaki sepanjang hari
Hm, ya..
Ini sama sekali bukan mimpi yang lenyap dalam sekali kerjap
Bahkan bunga-bunga yang tumbuh wewangiannya sampai ke tubuh (Mencium bau tubuhnya sendiri)
Di mana?
Mereka bilang ada keindahan serupa surga?
Hh, ya.. (Tersenyum kecut)
Memang indah, tetapi bukan serupa surga
Memang indah, tetapi ada celah yang tak sumringah
Em... Serupa langit!
Ya, serupa langit yang tak selamanya cerah
Sesekali mendung hingga membuat semua orang rundung
Ah, berita-berita itu hanya menampakkan kulit luarnya saja
Membikin kecewa!
Alah!
Keindahan di sini sekadar isapan jempol saja!
Seperti iklan-iklan yang menawarkan kebohongan
Setelah terlanjur tertarik, barulah kau menyesal karena rela menguras kantong yang seharusnya kau gunakan untuk piknik
Ck.. ck.. ck.
Bodoh! (Mengumpat pelan)
Tak ada keindahan yang mutlak
Yang ada hanya keburukan yang telak
Kalau aku punya uang, tentu sudah kumuat di koran-koran
Indah-tidak indah; benar-salah; hitam-putih
Semakin banyak keributan di sini
Ah, tetapi tunggu dulu..
Apakah sebenarnya kita berada dalam kekuasaan yang tak kasat mata?
Atau kekuasaan yang kasat mata tetapi kita dibutakan oleh keindahan yang sementara?
Ya, benar!
Ketika orang-orang di luar sana terlalu sibuk meributkan tentang indah atau tidak
Mereka tak sadar bahwa mereka telah dijadikan wayang oleh dalang
Oleh Topeng Kayu!
Semarang, 28 Oktober 2015
Sebuah monolog yang saya tulis
untuk sebuah pembukaan dalam pementasan teater Topeng Kayu karya Kuntowijoyo
(Pementasan Teater dari teman-teman sastra Indonesia Unnes 2013)
2 comments:
Sukses terus mba resla...
Iya amin.. Terimakasih. :)
Post a Comment