Ia mengharamkan hadiah berwujud barang. Barang yang sedang ia gandrungi.
Gitar akustik tua.
Kamera.
Docmar.
Meski memang pecahan di dompetku tak cukup untuk membeli satu dari ketiganya.
"Aku ingin mendapatkan apa yang benar-benar kuinginkan dari keringatku sendiri," begitu yang kudengar.
Hadiah.
Hadiah yang paling tepat untuk seseorang adalah memberikan sesuatu yang sedang diinginkan.
Tetapi, dalam kasusku ia mengharamkan kebiasaan itu.
Ya, lagi-lagi harus kukatakan, begitulah ia.
He teach me to think the opposite. Out of the box.
Dan hal itu selalu berhasil.
Entah memang ia yang selalu punya cara, atau memang aku ang terlampau cerdas.
Atau malah keduanya.
Alhasil, kuciptakan tumpeng, kupon, messege(s) in the jar, dan kotak puisiku sendiri.
Aku percaya, kreatifitas tangan sendiri yang lahir dari hati mampu mengalahkan angka-angka rupiah tinggi.
29 Januari 2016
Kini, tak akan lagi kau lalui 29 Januari sendiri.
0 comments:
Post a Comment