Segalanya mengalir se-apa adanya air.
Bertemu dalam perkenalan yang biasa saja. Kita nyaman hanya sebatas teman cerita. Hingga kalimat, "But sometimes, we have to leave our comfort zone." membuka segalanya.
Kau yang dulu hanya berani menepuk halus pundakku untuk meredam sesenggukku. Kau yang dulu hanya berani bertanya 'dengan siapa aku sekarang' tanpa berani menunjukkan ketidak-senangan. Kau yang dulu... kau yang dulu... kau yang dulu...
Hold on, let me take a deep breath.
Kau yang kini, paling tahu musim-musim di hatiku.
Kapan aku butuh pelukan.
Kapan aku sendu.
Kapan aku badmood.
Kapan aku pengen jajan. Hehe.
Kau yang kini tak segan cemburu pada laki-laki yang 'begitu'.
Kau yang kini tak jarang menegurku jika aku memakai pakaian yang terbuka dan atau ketat, bahkan tak segan kau sita dan kau buang entah ke mana.
Kau yang kini tak pernah lupa menggandeng tanganku, memelukku, mencium keningku, mengusap rambutku.
Mulai sekarang, jangan tanya kenapa Tuhan baru mempertemukan kita sekarang.
God is a good writer, dear.
Februari, 2016.
Laut tenang bukan tempat untuk nahkoda hebat.
Semoga kau selalu bisa membawa kapalmu melewati ombak di segala cuaca.
Untuk kalian yang membaca 203 diam-diam.
Terimakasih atas pengaminan.
Maaf telah membuat iri.
Sudah jangan banyak bicara, orang tua kami restu-restu saja.
0 comments:
Post a Comment