- Forkom PSP Peringati Hari Anak Nasional (HAN)
“Gundul
gundul pacul cul gelelengan,
Nyunggi
nyunggi wakul kul gembelengan,
Wakul
ngglimpang segane dadi sak latar,
Wakul
ngglimpang segane dadi sak latar.”
Lagu rakyat sejak zaman Sunan Kalijaga
ini mengalun dari loudspeaker yang
ada di depan gedung Dekranasda Jawa Tengah Jalan Pahlawan No.8 arena Car Free
Day (CFD), Minggu (24/7) pagi.
Sejumlah anak, kalangan dewasa maupun
orang tua tengah asyik bermain sprentel (lompat tali), egrang, bakiak, dinoboy,
engklek, bekel, dakon, gasing, hingga yoyo.
Diantara mereka ada yang beberapa kali
mengulang permainan karena gagal, seperti egrang, dinoboy, dan bakiak. Karena
diakui tiga permainan itu cukup sulit, butuh keseimbangan, kekompakan, serta
ketepatan.
Acara yang digelar Forum Komunitas
Peduli Sosial dan Pendidikan (Forkom PSP), mengajak masyarakat kembali
bernostalgia melalui dolanan tradisional. Kegiatan tersebut digelar untuk
memeringati Hari Anak Nasional (HAN).
“Bukan hanya anak-anak, masyarakat
dewasa pun turut serta menjajal macam-macam dolanan tradisional yang ada di
sini, mereka kangen dolanan tradisional yang kini sudah mulai terkikis oleh
dolanan modern,” kata salah satu panitia sekaligus anggota Forkom PSP, Devi.
Koordinator Forkom PSP, Dodi Susetiadi
menambahkan, permainan tradisional ternyata masih menjadi favorit di tengah era
digital. Di mana orang dewasa maupun anak-anak sibuk dengan gadget.
Kegiatan Forkom PSP tersebut bukan kali
pertama digelar. Sebelumnya, pada peringatan Hari Pendidikan Nasional
(Hardiknas), pihaknya menggelar acara serupa yang lebih beragam.
Dodi, yang akrab disapa Odi mengaku,
gobak sodor dan ular naga panjang sengaja dihilangkan, karena sepi peminat dan
butuh arena luas. Masyarakat lebih tertarik dengan permainan bermedia
(menggunakan alat-red).
Kurangnya
peminat dolanan tradisional saat Hardiknas, membuat panitia Forkom PSP mencari
cara agar masyarakat, terutama anak-anak, tertarik untuk mengikuti kegiatan
tersebut. Salah satunya melalui ‘iming-iming’ jajanan dan minuman gratis.
Syarat
pemberian jajanan, setiap anak harus mencoba minimal satu permainan. Panitia
akan memberikan lembar kertas yang berisi tulisan nama dolanan tradisional yang
bisa dicoba. Usai mencoba, panitia membubuhkan tanda centang pada salah satu nama
permainan yang telah dimainkan. Si anak harus mendapatkan tanda tangan
penanggung jawab acara sebelum menukarkan kertas tersebut. Dengan bekal lembar
kertas itulah, anak-anak bisa menikmati jajan gratis yang disediakan panitia
dan sponsor.
“Sekarang
lebih banyak peminatnya jika dibandingkan saat Hardiknas, dulu anak-anaknya
masih malu. Kalau sekarang lebih berani, mungkin karena iming-iming jajan itu,”
ungkap Dodi. (RES-)