Saturday, 16 July 2016

Pilih-kasihlah pada Karya-karyamu!


Ya, mungkin judul di atas bertolak belakang dengan kampanye tentang “Jangan simpan karya-karyamu!”, “Publish Karyamu!”, atau kampanye lain yang bersuara sejenis. Mungkin pula Dewi Lestari merasa tak setuju dengan judul di atas karena yang saya ingat ia pernah mengatakan “Jangan simpan karya kalian, dia butuh udara segar!” pada sebuah seminar literasi. Saya siap dihakimi, dicerca, bahkan di-pilih-kasih-i.

Bagaimana penulis amatir seperti saya ini mampu mengadu jika menjadi korban plagiarisme? Bukan bermaksud pamer karena karya saya pernah dijiplak, karena menurut saya menjadi korban plagiarisme bukan suatu hal yang patut untuk dibanggakan. Saya malah merasa sedih, lha wong saya juga masih belajar nulis, kok, malah dijiplak, lha mbok kalau masih sama-sama belajar, ya, sini sinau bareng.

Sebab itu lah yang membuat saya parno setiap kali ingin memencet tombol publish yang berada di sebelah kanan kotak judul saat selesai ngetik. Tak jarang saya membaca kembali apa yang saya tulis dan menimbang-nimbang: “publish, nggak, ya? Publish, nggak, ya?” jari-jari saya mengetuk-ngetuk meja, terkadang ditambah dengan mengacak-acak rambut, menggigiti bibir, hingga menguliti ujung kuku yang tak berkulit. Tanda bimbang.

Banyak akhir cerita yang mengantarkan karya-karya saya tertata rapi di laci, ada pula yang berakhir di timeline blog dan dibaca oleh yang bersedia mampir. Saya tak membuang mereka, hanya sebuah bentuk teritorialitas dan bukti betapa saya mencintai mereka melebihi apapun.

Mereka mendekam dalam dekap. Tentu saya tidak membiarkan mereka terus-terusan mendekam di tempat pengap. Tetapi, bagi saya, membiarkannya menghirup udara segar tidak dengan cara membiarkannya disentuh oleh sembarang orang. Banyak jalan menuju Roma. Saya selalu berusaha mencari tempat yang laik untuk mereka. Jika satu tempat belum bisa menerima, akan saya carikan tempat yang lain.

Beginilah cara saya mencintai karya-karya saya. Saya posesif—



Semarang,  9 Juli 2016
Mereka  akan terus perawan sampai ada yang pantas meminang.

Share:

0 comments: