#
di kota ini
orang-orang rasuah
tentang hidup dan hati
tentang moksa dan mati
Berita-berita layar kaca, laman-laman sosial media, dan
artikel di beragam kanal menyuguhkan sarapan pagi yang seragam. Belum lagi ketika
makan siang ataupun makan malam.
Si gila jabatan yang dihadiahi rompi oranye, si sosialita
yang tertangkap sarapan bubur, atau si A dan si B yang nggak kelar-kelar
bolak-balik pengadilan agama. Ada yang senang dan mengkonsumsinya hingga
kelebihan berat badan, ada juga yang muak dan sudah tak nafsu makan yang
begituan. Golongan kedua ini, biasanya lebih memilih hiburan lain yang bisa
bikin hidup mereka yang sudah banyak beban nggak jadi lebih berat karena
ditambahi beban-beban hidup orang tak dikenal yang mungkin benar adanya atau
omong kosong belaka.
Beberapa menyesatkan, beberapa lainnya membawa dampak baik.
Memilah dan memilih menjadi hal wajib di era yang serba
canggih. Lebih canggih ketimbang otak manusia kebanyakan.
Semakin hari, kepalsuan semakin mendekati asli. Hal itu
menjadi boomerang bagi masyarakat awam, tetapi menjadi mainan baru bagi
orang-orang tertentu.
Orang mudah tersulut emosi, akhirnya dimanfaatkan untuk
kepentingan pribadi, jabatan, politik, karir, dan segala hal yang tak ada kaitannya
dengan hajat hidup orang banyak. Hanya untuk dirinya sendiri.
Semakin lama, hari-hari adalah masa penuh keegoisan. Yang
penting hati senang dan dompet tetap tebal. Tak peduli tetangga sebelah tak
bisa makan atau ada anjing kelaparan yang berebutan makanan basi dengan kucing
kecil penuh borok.
Aku miris membayangkan hal-hal krusial yang sudah membuatku
takut dan geram duluan.
Spiritualitas diuji.
Inteligensi diuji.
Humanisasi diuji.
Hewanisasi diuji.
Religiusitas apa lagi.
Tuhanmu menyayangimu. Itu sebabnya, kamu sedang membaca
tulisan ini.
[]
Semarang, 6 Agustus 2018
Bahagia sudah ada dalam diri manusia.
0 comments:
Post a Comment