Monday, 6 August 2018

Egosentrisme Menjalar


#
di kota ini
orang-orang rasuah
tentang hidup dan hati
tentang moksa dan mati

Berita-berita layar kaca, laman-laman sosial media, dan artikel di beragam kanal menyuguhkan sarapan pagi yang seragam. Belum lagi ketika makan siang ataupun makan malam.

Si gila jabatan yang dihadiahi rompi oranye, si sosialita yang tertangkap sarapan bubur, atau si A dan si B yang nggak kelar-kelar bolak-balik pengadilan agama. Ada yang senang dan mengkonsumsinya hingga kelebihan berat badan, ada juga yang muak dan sudah tak nafsu makan yang begituan. Golongan kedua ini, biasanya lebih memilih hiburan lain yang bisa bikin hidup mereka yang sudah banyak beban nggak jadi lebih berat karena ditambahi beban-beban hidup orang tak dikenal yang mungkin benar adanya atau omong kosong belaka.

Beberapa menyesatkan, beberapa lainnya membawa dampak baik.
Memilah dan memilih menjadi hal wajib di era yang serba canggih. Lebih canggih ketimbang otak manusia kebanyakan.
Semakin hari, kepalsuan semakin mendekati asli. Hal itu menjadi boomerang bagi masyarakat awam, tetapi menjadi mainan baru bagi orang-orang tertentu.
Orang mudah tersulut emosi, akhirnya dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, jabatan, politik, karir, dan segala hal yang tak ada kaitannya dengan hajat hidup orang banyak. Hanya untuk dirinya sendiri.

Semakin lama, hari-hari adalah masa penuh keegoisan. Yang penting hati senang dan dompet tetap tebal. Tak peduli tetangga sebelah tak bisa makan atau ada anjing kelaparan yang berebutan makanan basi dengan kucing kecil penuh borok.

Aku miris membayangkan hal-hal krusial yang sudah membuatku takut dan geram duluan.
Spiritualitas diuji.
Inteligensi diuji.
Humanisasi diuji.
Hewanisasi diuji.
Religiusitas apa lagi.

Tuhanmu menyayangimu. Itu sebabnya, kamu sedang membaca tulisan ini.

[]


Semarang, 6 Agustus 2018
Bahagia sudah ada dalam diri manusia.


Share:

0 comments: