bahwa,
kita adalah huruf, yang saling padu dan satu.
aku dan kamu bercumbu pada kertas itu,
saling sandar, saling tumpu.
saling peluk hingga sampai pada ruang yang dituju.
kita adalah huruf, yang saling menggenapkan.
tak ada rumpang, tak ada ganjil.
selugas itu.
namun,
kadang-kadang aku buntu,
ke mana harus memandu rindu,
langsung kutujukan padamu,
atau kusimpan hingga bertemu?
tak pernah ada jawaban pasti yang kudapat.
sebab mau diapa-apakan pun rindu tetaplah nestapa.
aku ingin memestakan rindu di pelukmu,
menghitung kancing baju,
melukis di dadamu,
memejam di dekapmu,
dan mendengar detak yang berlomba dengan detik.
—pesta yang sungguh melipur.
sebab,
kaulah peluk,
pada tiap pelik.
mendekap,
maha-kedap.
sudah kukatakan sejak kali pertama tulisan-tulisanku bermuara padamu,
bahwa,
kita adalah huruf, yang saling padu dan satu.
aku dan kamu bercumbu pada kertas itu,
saling sandar, saling tumpu.
saling peluk hingga sampai pada ruang yang dituju.
kita adalah huruf, yang saling menggenapkan.
tak ada rumpang, tak ada ganjil.
selugas itu.
namun,
kadang-kadang aku buntu,
ke mana harus memandu rindu,
langsung kutujukan padamu,
atau kusimpan hingga bertemu?
tak pernah ada jawaban pasti yang kudapat.
sebab mau diapa-apakan pun rindu tetaplah nestapa.
aku ingin memestakan rindu di pelukmu,
menghitung kancing baju,
melukis di dadamu,
memejam di dekapmu,
dan mendengar detak yang berlomba dengan detik.
—pesta yang sungguh melipur.
sebab,
kaulah peluk,
pada tiap pelik.
mendekap,
maha-kedap.
Maret 2019
ini maret,
dan ini keempat,
memilin asmara tak pernah semudah bicara.
0 comments:
Post a Comment