Kukira tak ada batas. Tapi aku salah. Kini, aku melihat batas itu.
Batas di mana sabarku dapat bertahan.
Batas di mana aku sudah harus berhenti. Tak perlu melewati apalagi melanjutkan.
Aku tak tahu harus melakukan apa. Apakah aku harus mundur atau maju sampai semampuku?
Tapi, aku memutuskan untuk diam saja. Ditempatku. Tak perlu melangkah maju, apalagi mundur. Karena memang tidak ada yang mampu membuatku mundur dari sabar yang sudah kubuat sendiri.
Satu-satunya cara agar aku bisa mundur adalah: kau.
Aku lelah, aku menyerah.
Jarak-lah pemenangnya.
Dan saat malam dimana aku telah melihat dengan jelas batas itu, aku paham, sejauh mana aku mampu bertahan dalam jarak yang -kenyataannya- masih terhingga ini.
Jika kau menginginkanku, tarik saja aku sampai aku tak -perlu- lagi melihat batas itu. Itupun kalau kau ingin...
Semarang, 07 maret 2013
0 comments:
Post a Comment