Friday, 7 November 2014

Jerat

Meringkuk di sudut peluk, matanya mendelik di tengah pelik. Ia enggan melepas lingkar lengan di pundakku. Ada yang muncul di sudut matanya yang syahdu. Entah luapan rindu atau ungkapan sendu. Atau mungkin rindu dan sendu yang menyatu. Aku tak tahu.
Ia mempererat jerat, “aku sulit bernafas,” ucapku terbata.
“Mengapa?” tanyanya segera.
“Pelukanmu terlalu erat,” jawabku singkat.
“Bukan itu.”
“Lalu?”
“Mengapa kita harus selesai?”
“Pelukanmu terlalu erat,” jawabku lagi. Singkat. Cepat.
Ia terdiam. Perlahan merenggang pelukan, tak lagi kencang.
Matanya menatap mataku. Kurasa kini ia tahu.
Aku butir pasir yang jatuh dari jerat genggam yang terlampau erat tanpa sekat. Tak bisa dipungut lagi. Tak bisa dicari lagi.


Semarang, 30 Oktober 2014; 11:30 pm
Hampir tengah malam
Share:

0 comments: