Berputar pada lingkaran. Sejauh apapun, kau akan
tetap dalam jangkauan. Hilang sekejap, kemudian datang dalam sekali kerjap. Kau
tak pernah benar-benar berlalu.
Terkadang menghangatkan, terkadang dingin, hingga
sangat dingin. Tapi lebih sering menyejukkan. Kau sangat ditunggu, namun tak
jarang banyak yang mengutuk kedatanganmu. Dan aku masuk golongan nomor satu.
Di bukit ini, tempat di mana kita bertemu. Kau
menyapaku hangat waktu itu, menyentuh lembut kulitku, dan aku mencium bau
aromamu. Kita berbincang hingga langit tak lagi biru, hingga sore tak lagi
ungu, hingga gelap datang memburu, hingga kau berkata, “sampai jumpa di
percumbuan berikutnya.”
Waktu melaju teburu. Sudah seratus delapan puluh
tujuh minggu semenjak hari itu. Dulu sekali, kita bertemu setiap hari. Kini,
kedatanganmu tak bisa diprediksi. Bukit penuh janji itu sudah beralih fungsi.
Aku tak lagi bisa menjumpaimu di tempat biasa. Memang, sesekali kau datang,
tetapi dengan sosok yang tak kuinginkan.
Mereka membuatmu menjadi sosok yang berbeda, dan
mungkin aku salah satu bagian dari mereka.
Aku berharap, aku bisa menemukanmu lagi. Menemukanmu
dalam harmoni damai seperti saat pertama kali. Suatu saat nanti. Pasti. Karena
kau tak akan pernah mati. Justru mereka dan aku yang akan mati jika kau tak di
sini.
Semarang, 02 November 2014; 00:53 am
2 comments:
keren kakak....
Terimakasih kakak.. :)
Post a Comment